Senin, 13 Desember 2010

7 TIPS MENGHILANGKAN RASA MALU



Rasa malu adalah sebuah kombinasi dari kegugupan sosial dan pengkondisian sosial. Untuk mengatasi rasa malu ini, yang Anda butuhkan adalah belajar bersikap rileks dalam pergaulan sosial. Dibutuhkan usaha untuk mengarahkan diri Anda jauh dari terlalu berpusat pada diri sendiri, serta memberi diri Anda ruang untuk mempraktekan kemampuan bercakap-cakap. Dalam kebanyakan kasus, emosi yang memuncak dalam bersosialisasi membuat orang menanggapi berbagai kejadian dengan rasa takut. Untuk memulai mengurangi rasa malu, bagi Anda yang pemalu, ada beberapa hal di bawah ini yang mungkin dapat Anda praktekan.





1. Pikirkan tentang cara Anda merasa dan bertindak di sekitar orang-orang yang telah Anda kenal, dimana Anda bisa merasa nyaman dan bersikap spontan. Alihkan perasaan itu saat Anda bertemu kenalan baru, begitu pula dalam situasi yang membuat rasa percaya diri Anda memudar.





2. Hindari terlalu memperhatikan diri Anda sendiri. Tentu saja, Anda boleh sedikit memikirkan tentang bagaimana Anda akan melewatkan perbicangan dengan orang banyak, tapi jika seluruh fokus Anda tercurah pada kata-kata sendiri dan perasaan Anda, selanjutnya Anda akan mulai merasa gugup sendiri. Ingat-ingat apa yang dikenakan oleh orang lain dan buat catatan tersendiri, dengarkan apa yang mereka perbincangkan, bayangkan dimana mereka tinggal, buat sebuah garis besar atau ingat-ingat nama mereka. Hal ini bukan hanya memberi Anda bahan perbincangan, tapi juga mencairkan ketegangan dalam bersosialisasi dan membuat perasaan Anda lebih tenang.




3. Buat pertanyaan terbuka pada semua orang. Banyak orang yang lebih senang bicara tentang diri mereka sendiri, dan temukan sebuah topik yang membuat orang lain tertarik. Apa yang membuat mereka tertarik akan membuat perbicangan berjalan menyenangkan bagi semua orang. Selalu ajukan pertanyaan yang memungkinkan jawaban lebih dari ya/tidak.





4. Berhentilah percaya pada imajinasi Anda. Mungkin Anda pernah membuat gambaran tentang sebuah liburan yang menyenangkan dan pada kenyataanya jauh berbeda dari yang Anda bayangkan. Itu menunjukan beatapa tak dapat dipercayanya bayangan kita sendiri. Berhentilah memikirkan apa yang dipikirkan orang lain, karena apa yang dipikiran orang lain tentang Anda, belum tentu sama persis seperti bayangan Anda.





5. Berhentilah memikirkan 'segalanya atau bukan apa-apa.' Pemikiran 'pasti begini/pasti begitu' tertuang saat Anda mengalami emosi. Orang-orang yang sedang depresi, marah dan gelisah melihat kenyataan dari hal-hal ini dengan perbedaan yang ektrim. Bagi orang yang sedang marah 'Anda salah' dan 'mereka benar,' orang yang marah akan melihat dirinya 'gagal', sedang yang lain 'berhasil.' Jadi berhentilah berpikir kalau Anda mungkin telah mengatakan hal yang salah, atau orang lain akan membenci Anda. Saat Anda merasa rileks dalam pergaulan sosial, Anda juga akan mendapat lebih sedikit peringatan dari diri sendiri, karena dalam keadaan gugup, biasanya Anda akan mulai berpikir tentang segalanya atau bukan apa-apa.





6. Nikmati waktu Anda. Hindari mengatakan hal-hal tanpa berpikir terlebih dulu. Ajukan pertanyaan, dan jika mendapat pertanyaa. Anda dapat mempertimbangkan jawaban terlebih dahulu sebagai tanggapan Anda, jangan asal menjawab tanpa berpikir. Jawaban yang diluncurkan dengan perlahan merupakan cara bersikap santai.





7. Akhirnya, gunakan latihan hipnotis. Hipnotis merupakan cara tercepat untuk mengubah tanggapan instink/emosi Anda dalam setiap situasi. Hanya pikirkan bahwa pikiran dan tubuh Anda dalam keadaan rilek sewaktu bertemu orang baru. Sebenarnya, sewaktu Anda merasa santai seringkali Anda akan menemukan saat yang tepat untuk menerapkan hipnotis agar merasa lebih percaya dirisaat berhadapan dengan orang-orang baru, dan tentu saja pada titik ini rasa malu akan tersingkir dengan sendirinya.

Bagi Anda yang memiliki masalah dengan rasa malu saat bertemu dengan kenalan baru, dapat Anda mencoba tujuh tips yang kami sampaikan di atas. Dan semoga setelah itu Anda akan lebih percaya diri saat bertemu orang-orang baru dalam pergaulan sosial.

Rabu, 10 November 2010

PENYELAMATAN ALAM JALUR HIJAU PANTAI


mbauan agar mempertahankan jalur hijau yang sudah ada di sepanjang pantai, belum ditanggapi sungguh-sungguh oleh masyarakat kita. Apa perlunya? Penduduk pantai juga tidak peduli, karena daerah yang mereka huni masih luas, dan masih banyak yang belum rusak. Jalur hijau di kota padat memang perlu dipertahankan (dan semua orang sudah mengerti) karena ia merupakan “paru-paru” yang bisa dihirup hawa segarnya bagi penduduk kota yang supersibuk sampai lupa bernapas udara segar. Mereka bisa menghirup udara bersih sedikit, dan menikmati secuil pemandangan asri di jalur hijau tengah kota ini.
Akan tetapi jalur hijau di sepanjang pantai? Tidak banyak yang mau mengerti bahwa jalur itu juga perlu dipertahankan, karena merupakan pelindung paling depan bagi kehidupan di belakang pantai berikut daratan pedalamannya. Memang tidak ada keindahan yang asri untuk dinikmati seperti jalur hijau dalam kota. Yang ada malah hanya hutan bakau (orang Inggris menyebutnya mangrove), berisi pohon api-api, tanjang, dan bakau-bakau yang jelek. Walaupun begitu, manfaatnya luar biasa.
Api-api ini pohon aneh yang tahan hidup di genangan air asin tepi pantai. Mereka mampu bernapas dengan akar tunjangnya, yang selain menunjang batang agar tidak ambruk diseret ombak berderai di tepi pantai, juga memberi perlindungan alamiah bagi berbagai makhluk hidup tepi pantai.
Ilustrasi by Anton
Ikan dan udang bertelur di tempat itu, karena anak-anak mereka yang menetas dapat menemukan makanan berupa jasad renik yang melimpah tanpa harus pergi jauh.
Bersama pohon tanjang dan bakau-bakau, api-api membentuk hutan bakau yang lebat. Dulu, hutan semacam itu dimanfaatkan betul-betul sebagai benteng terdepan pelindung negara menghadapi musuh yang datang dari laut. Dari balik dedaunan lebat, pasukan pertahanan dan keamanan dapat leluasa mengintip musuh yang mendekati pantai. Sedangkan pandangan dari laut ke arah daratan tertutup oleh dedaunan hutan yang lebat.
Karena ada manfaat langsung itulah, masyarakat kita zaman dulu secara sadar mau memelihara hutan itu agar tidak rusak, berkurang, atau digusur.
Tetapi sekarang, ketika ancaman musuh yang datang dari laut tidak ada lagi, penduduk kita biarkan merusak hutan penyelamat pantai itu tanpa kita sadari. Mereka kita biarkan menebang pohon mangrove untuk dijadikan kayu bakar, arang, bahan bangunan dan penyamak jala penangkap ikan.
Tetapi yang lebih celaka ialah, hutan itu kita biarkan dibabat habis oleh investor untuk dibanguni tambak pemeliharaan udang. Walaupun dalam pembangunan tambak itu Direktorat Jenderal Perikanan mengharuskan investor untuk menghijaukan kembali bekas jalur hijau pelindung pantai yang mereka gusur, tetapi banyak yang merasa tidak perlu, dan tidak diapa-apakan. Tidak ada undang-undang pelarangan yang ada sanksinya.
Kesadaran ruginya kehilangan jalur hijau tepi pantai semacam itu baru muncul ketika ombak laut sudah menggerus tanah pesisir lebih leluasa, sampai laut masuk lebih dalam ke arah pedalaman. Kita kehilangan pantai, hanya karena sebelumnya mengabaikan kelestarian hutan bakau.
Dengan hilangnya jalur hijau tepi pantai, ikan, udang dan kerang-kerangan makin sulit dicari, karena tidak ada lagi tempat berkembang biak. Produktivitas laut menurun, dan para nelayan makin sulit menangkap ikan, sehingga kita pun makin mahal membeli hidangan laut (sea food). Kalau keadaan ini dibiarkan terus, jelas makin runyam, karena biaya hidup kita makin tinggi.